Tampilkan postingan dengan label gizi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gizi. Tampilkan semua postingan

Penyebab Dan tipe Gizi Buruk Pada Anak


Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengonsumsi makanan yang bergizi dan/atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap BB) dan menunjukkan gejala marasmus kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.

Penyebab gizi buruk
Terdapat beberapa penyebab gizi buruk yaitu :

1. Balita tidak mendapat ASI eksklusif (ASI saja) atau sudah mendapatkan makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan
2. Balita disapih sebelum umur 2 tahun
3. Balita tidak mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih
4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi
5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui
6. Balita menderita sakit dalam waktu lama, seperti diare, campak TBC, batuk pilek
7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor

Tipe dan Tanda Gizi Buruk

Beberapa tanda-tanda klinis gizi buruk diatas menurut (Gibson, 2005), sebagai berikut: 
Marasmus : 
1. Anak sangat kurus; 
2. Wajah seperti orang tua; 
3. Cengeng dan atau rewel; 
4. Kulit tampak keriput, jaringan lemak subkutis sedikit sampai tidak ada (pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/ ”baggy pants”); 
5. Perut cekung; 
6. Iga gambang; 
7. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis) dan diare

Kwashiorkor :
1. Wajah membulat (moon face) dan sembab;
2. Cengeng dan rewel; 
3.Apatis;
4. Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok; 
5. Kedua punggung kaki bengkak;
6. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis).

Marasmus Kwashiorkor: Merupakan gabungan dari beberapa gejala klinis marasmus dan kwashiorkor

Beberapa efek dari gizi buruk antara lain :
1. Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tenaga kesehatan
2. Kurang cerdas
3. Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal
4. Sering sakit infeksi seperti batuk, pilek, diare, TBC dan lain-lain

Tahukah Anda Satu Dari 3 anak meninggal Akibat GIZI BURUk


Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen Kesehatan menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah kekurangan gizi dan buruknya kualitas makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih didalam kandungan. Hal ini dapat berakibat kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada saat anak beranjak dewasa. Dr.Bruce Cogill, seorang ahli gizi dari badan PBB UNICEF mengatakan bahwa isu global tentang gizi buruk saat ini merupakan problem yang harus diatasi (Litbang, 2008).

Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan balita yang tidak cukup. Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik 2 kali berisiko mengalami gizi buruk 12.6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya naik terus. Bila frekuensi berat badan tidak naik lebih sering, maka risiko akan semakin besar (Litbang, 2007).

Penyebab gizi buruk dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling terkait, antara lain asupan makanan yang kurang disebabkan karena tidak tersedianya makanan secara adekuat, anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, pola makan yang salah, serta anak sering menderita sakit. Kekurangan konsumsi makanan yang berlangsung lama, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan gizi anak, serta rendahnya kondisi kesehatan lingkungan, selain itu juga dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, serta pola asuh yang kurang memadai sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah balita dengan status gizi buruk (Depkes, 2000).

Penyebab gizi buruk sangat kompleks, sementara pengelolaannya memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak. Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis saja, tetapi juga dari pihak orang tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemuka agama maupun pemerintah. Pemuka masyarakat maupun pemuka agama sangat dibutuhkan dalam membantu pemberian edukasi pada masyarakat, terutama dalam menanggulangi kebiasaan atau mitos yang salah pada pemberian makanan pada anak.


Untuk mengatasi masalah gizi buruk ini pemerintah telah melakukan berbagai program dan salah satu program pemerintah tersebut adalah menurunkan angka gizi buruk dari 8,5% menjadi 5% pada akhir tahun 2009 (Depkes, 2007), dan juga tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2010- 2014, yaitu menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi 15% dan menurunnya prevalensi balita pendek menjadi 32% pada tahun 2011. Kegiatan lain yang dilakukan adalah meningkatkan cakupan tatalaksana gizi buruk yang mendapat perawatan (Kemenkes, 2010). Prevalensi balita KEP (Kurang Energi dan Protein) di Provinsi Sumatera Utara yang diukur dengan indikator BB/U menunjukkan ada peningkatan prevalensi balita gizi buruk dan kurang. Pada tahun 2005 yaitu sebesar 24,60%, tahun 2006 sebesar 28,92% dan pada tahun 2007 ada penurunan 23,20%. Angka prevalensi gizi buruk dan kurang ini masuk dalam kategori tinggi (Dinkes PSU, 2009). Berdasarkan data survei kadar gizi (kadarzi) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009, dengan indikator berat badan per umur balita, diketahui bahwa status gizi untuk kategori berat badan sangat kurang sebesar 10,17 %, berat badan kurang 10,79%, berat badan normal 71,49%, berat badan lebih 7,13 %. Sedangkan angka untuk Kota Medan berdasarkan survei kadarzi 2009 diketahui bahwa untuk kategori berat badan sangat kurang ada 6,73%, berat badan kurang 10,57%, berat badan normal 76,36% dan untuk berat badan lebih 6,34% (Dinkes PSU, 2010).